JAKARTA – Bakal calon presiden Prabowo Subianto mendukung program hilirisasi nikel Presiden Joko Widodo (Jokowi). Ia bahkan mengklaim lewat program itu pendapatan Indonesia melambung puluhan kali lipat.
Prabowo mengatakan pengolahan mineral mentah di dalam negeri mutlak dilakukan guna menciptakan nilai tambah.
Ia mencontohkan larangan ekspor bijih nikel oleh Indonesia sukses mendongkrak pendapatan negara hingga 20 kali lipat.
“Begitu pemerintah kita melaksanakan hilirisasi, dalam satu tahun, dari 2021 sampai 2022 penerimaan negara, penerimaan bangsa Indonesia dari nikel naik 20 kali lebih,” kata Prabowo di Rakernas XVI Apeksi di Makassar, Kamis (13/7) lalu.
Ia pun mengatakan jika hilirisasi tidak dilakukan, maka Indonesia akan jadi negara tertinggal, bahkan tidak mendapat untung sama sekali.
Prabowo mencontohkan ketika Indonesia memperbolehkan ekspor bauksit. Kemudian, bauksit itu diolah menjadi aluminium oleh negara lain.
Selanjutnya, aluminium diolah lagi menjadi barang jadi seperti pesawat terbang, mobil, komputer, hingga televisi. Setelah itu, Indonesia membeli barang-barang itu dari luar negeri. Padahal, Indonesia memiliki bahan bakunya di Tanah Air.
Karenanya, Prabowo kembali menekankan bahwa hilirisasi adalah jalan agar Indonesia menjadi negara maju dan meningkatkan pendapatannya.
“Satu-satunya jalan adalah hilirisasi semua kekayaan (alam) kita, kita olah di dalam negeri. Dengan demikian, kekayaan kita naik berpuluh kali lipat,” kata dia.
Jokowi melarang ekspor bijih nikel sejak Januari 2020. Sebelum larangan ekspor nikel mentah berlaku, Jokowi mengatakan nilai perdagangan dari penjualan komoditas tambang tersebut hanya US$1,1 miliar atau Rp17 triliun.
Setelah larangan ekspor berlaku dan nikel diolah di dalam negeri, Jokowi mengklaim nilai ekspor dari bahan mentah itu melonjak 19 kali lipat jadi US$20,9 miliar atau Rp326 triliun.
Selain nikel, Jokowi juga melarang ekspor bauksit mulai Juni ini. Kebijakan itu dilakukan dengan beberapa pertimbangan. Pertama, untuk meningkatkan nilai tambah bagi ekonomi dalam negeri.
Kedua, meningkatkan penciptaan lapangan kerja baru. Ketiga, meningkatkan penerimaan devisa. Keempat, menciptakan pertumbuhan ekonomi yang lebih merata di Indonesia.
Source: CNN Indonesia