SLEMAN – Cawapres Gibran Rakabuming Raka berkunjung ke Ponpes Ora Aji asuhan Gus Miftah di Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, Rabu (1/11).
Dalam pertemuan itu Gibran dan Gus Miftah membahas dana abadi pesantren hingga pemberdayaan pesantren.
“Satu silaturahmi yang kedua kebetulan salah satu program Mas Gibran itu adalah dana abadi pesantren yang dia sampaikan sebelum pendaftaran KPU. Nah dia minta masukan ke saya program konkret untuk pemberdayaan santri,” kata Gus Miftah ditemui usai mengisi pengajian di Pakuwon Mal Yogya di Kabupaten Sleman, Kamis (2/11).
“Kaitannya dengan bagaimana santri ke depan dan bagaimana pemerintah ke depan itu bisa memaksimalkan peran santri. Nah itu kita masukan,” ujarnya.
Soal dana abadi pesantren dan pemberdayaan santri ini kata Gus Miftah akan menjadi janji kampanye Gibran.
“Poin-poinnya ini mungkin yang nanti akan menjadi salah satu janji kampanye dari Mas Gibran,” katanya.
Gus Miftah pada pertemuan tersebut menyarankan kepada Gibran untuk bertemu dengan para ulama.
“Karena ini kaitannya dengan pesantren ya saya sarankan untuk sowan-sowan kepada kiai dan ulama,” katanya.
Gus Miftah Tak Masuk TKN Prabowo-Gibran
Sementara itu, meski terang-terangan mendukung Prabowo-Gibran, Gus Miftah mengaku tak akan masuk dalam bagian Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran.
“Saya tidak akan masuk ke tim pemenangan. Bahwa saya mendukung iya, tapi saya sebisa mungkin tidak masuk ke tim pemenangan karena saya masuk satu karena diperintahkan guru-guru saya, termasuk Maulana Habib Luthfi, termasuk dari guru-guru yang lain. Jadi karena ini perintah guru ya saya ngikut gitu aja,” katanya.
“Tapi saya masih berusaha walaupun ada tawaran kemarin masuk di tim pemenangan saya akan berusaha memenangkan mereka dengan cara saya. Jadi nggak harus masuk ke tim,” pungkasnya.
Soal Dinasti Politik
Gus Miftah, juga angkat bicara soal isu dinasti politik yang dikaitkan dengan Gibran. Dia membandingkan Gibran dengan para anak presiden lain di negeri ini.
“Pak Sukarno punya anak Bu Megawati, Bu Megawati punya anak Mbak Puan Maharani, Pak SBY punya anak AHY ya kan, Gus Dur punya anak Yenny Wahid tapi kenapa yang dibilang dinasti cuma Mas Gibran saja?,” kata Gus Miftah.
“Kalau masuknya Mas Gibran dibilang dinasti ya berarti anda pengin mengatakan Bu Megawati juga dinasti,” katanya.
Menurut Gus Miftah, politik dinasti itu seperti yang terjadi di Korea Utara. Seorang anak presiden menjadi presiden tanpa adanya pemilihan.
“Dinasti itu menurut saya seperti Korea Utara, Kim Jong Il punya anak tanpa pemilihan demokratis Kim Jong Un kemudian jadi presiden,” katanya.
Kata Gus Miftah, meski Gibran anak presiden, tetapi untuk bisa menjadi wapres tetap harus dipilih oleh rakyat.
“Ini kan tetap saja walaupun anaknya Pak Jokowi kalau memang rakyat nggak suka ya nggak akan dipilih. Kalau kemudian rakyat suka ya dipilih. Jadi ini kembali kepada masalah kemampuan dan profesionalisme,” ujarnya.
Lanjut Gus Miftah, putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang mengabulkan syarat pengalaman kepala daerah bagi usia di bawah 40 tahun untuk maju capres cawapres tidak hanya untuk Gibran, tetapi untuk anak muda.
“Kalau memang dia anaknya Pak Jokowi dan dia punya kemampuan kenapa enggak. Dan ini bagi saya kemenangan untuk anak muda, bagi saya keputusan MK itu tidak hanya untuk Mas Gibran tapi untuk anak-anak muda seperti kita akhirnya bisa berperan,” bebernya.
“Toh bagaimana kemudian nabi juga mengatakan bahwa anak muda ini juga harus diberi kesempatan,” jelasnya.
Gus Miftah sendiri telah menyatakan diri mendukung capres Prabowo Subianto yang merupakan pasangan Gibran dalam pencapresan ini. Bahkan, Gus Miftah mendapatkan surat tugas yang berisi tentang tugas untuk bersilaturahmi ke ulama, habib, hingga masyarakat untuk memohon doa restu Prabowo di pilpres.
“Surat tugas yang diberikan kepada saya itu untuk sowan kepada ulama, kiai, habib untuk mendukung meminta doa restu dari para ulama,” katanya.
Source: Kumparan